- See more at: http://blog.ahmadrifai.net/2012/03/cara-membuat-efek-salju-di-blog.html#sthash.rt15MEeW.dpuf

Jumat, 19 Juli 2013

makalah Hadist tentang muslim dan fitrah manusia


BAB I
Pendahuluan
Walaupun Rasulullah datang di Dunia ini bukan sebagai tabib atau dokter tapi banyak ajaran beliau yang berkenaan dengan dunia kedokteran, yang bila dikaji lebih dalam begitu dalam ajaran Rasul kita 1400 tahun yang lalu tentang kesehatan, seperti ajaran berwudhu, yang dapat menetralisir dan mengurangi jumlah bakteri yang mengganggu kesehatan kita atau bakteri patogen tubuh, atau larangan Rasullullah untuk jangan buang air kecil di air tergenang, karena akan menimbulkan pencemaran lingkungan dan tersebarnya penyakit menular seperti diare, polio, thypus, penyakit kulit. dll. anjuran berkhitan pada laki-laki.Maka kesehatan bagi umat islam sangat lah penting untuk menjaga kebersihan diri,adapun beberapa sunnat untuk menjaga kesehatan sebagai berikut.








BAB II
Pembahasan
A.           Mukmin Yang Kuat Lebih Baik Dari Pada Mukmin Yang Lemah
Dari Abu Hurairah, Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
A.  الْمُؤْمِنُ الْقَوِىُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِى كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَىْءٌ فَلاَ تَقُلْ لَوْ أَنِّى فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا. وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ
“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah. Namun, keduanya tetap memiliki kebaikan. Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah, jangan engkau lemah. Jika engkau tertimpa suatu musibah, maka janganlah engkau katakan: ‘Seandainya aku lakukan demikian dan demikian.’ Akan tetapi hendaklah kau katakan: ‘Ini sudah jadi takdir Allah. Setiap apa yang telah Dia kehendaki pasti terjadi.’ Karena perkataan law (seandainya) dapat membuka pintu syaithon.” (HR. Muslim)
Sifat kuat yang dimaksud disini kembali kepada penyebutan Mukmin, yaitu keimanan yang kuat. Pada asalnya kekuatan fisik bukanlah hal yang terpuji atau tercela, akan tetapi jika kekuatan fisik ini dapat mendukung kuatnya iman maka sempurnalah kekuatannnya. Karena Allah mencintai orang beriman dengan keimanan yang lebih kuat. Seseorang yang memiliki keimanan walaupun lemah masih lebih baik daripada orang kafir bagaimanapun baiknya orang kafir tersebut.Sebagaimana Rasulullah s.a.w bersabda yang maksudnya: “Orang mukmin yang kuat lebih baik di sisi Allah dan lebih dikasihi daripada orang mukmin yang lemah, sedangkan setiap seorang itu mempunyai kebaikannya (imannya); oleh itu hendaklah engkau bersungguh-sungguh berusaha memperoleh apa yang memberi manfaat kepadamu, serta hendaklah meminta pertolongan kepada Allah dan janganlah engkau bersikap segan dan malas; dan sekiranya engkau ditimpa sesuatu maka janganlah engkau berkata: “Kalaulah aku lakukan itu ini, tentulah akan terjadi begitu begini, tetapi katalah: “Allah telah takdirkan, dan apa yang dikehendaki oleh kebijaksanaan-Nya Ia lakukan, karena perkataan ‘kalau’ itu membuka jalan kepada hasutan syaitan.”
Setiap mukmin itu mempunyai tingkat imannya yang tertentu di mana ada yang kuat semangatnya, ilmunya dan kuat pula berusaha untuk mendapatkan kebaikan dalam hidup; manakala setengah yang lain pula adalah sebaliknya.Seharusnya kita berusaha bersungguh-sungguh dalam mencapai sesuatu di samping meminta pertolongan daripada Allah S.W.T supaya dengan ihsan-Nya Allah memberi taufik dan menjayakan segala usaha yang dilakukan itu kerana manusia walau sebijak mana dan sekuat mana pun ia, tetap berhajat kepada pertolongan dan pimpinan daripada Allah S.W.T.
Demikian juga kita tidak sepatutnya bersikap malas dan malu untuk bekerja serta hanya memasang angan-angan bahawa Allah akan menyampaikan hajat kita dengan alasan Allah itu Maha Berkuasa sedangkan Allah sendiri telah menjelaskan bahawa sesuatu yang boleh diusahakan oleh manusia tidak akan berhasil melainkan setelah diusahakan sebab atau jalan untuk mencapainya.Sekiranya sesuatu usaha yang dibuat itu ditakdirkan menemui kegagalan maka kita selaku umat Islam dikehendaki menghadapinya dengan perasaan ridha, tenang tenteram karana hal tersebut pasti mengandungi hikmahnya yang tersendiri yang hanya diketahui oleh Allah.Janganlah sekali-kali disebut perkataan ‘kalau’ jika mengalami kerugian atau kekecewaan kerana ia akan membuka jalan kepada hasutan syaitan yang akan menjadikan seseorang itu gelisah, marah, tidak ridha kepada takdir dan ketentuan Allah Yang Maha Esa.Jika kita lebih sehat dan kuat maka lebih banyak yang dapat kita perbuat dan akan lebih baik lagi kualitas keimanan kita. Menjaga kesehatan akan membawa kebaikan.
Kuat mental juga merupakan buah dari kuat iman. Tiap hari kita harus latihan untuk tidak sakit hati, latihan kuat mental, latihan tidak tersinggung. Untuk kekuatan butuh latihan, tidak ada kekuatan tanpa latihan.Tiap hari harus selalu dilatih untuk tidak mudah marah, tidak mudah tersinggung, tidak mudah tergelincir. Makin kuat membaja mental kita Insya Allah ringan hidup ini. Kita harus seperti intan ditimpa batako, intannya tetap cemerlang.
Maka selemah iman seseorang itu adalah ,sebagaimana sabda Nabi: Barang siapa melihat kemungkaran maka hendaklah mereka mengubahnya dengan tangannya. Kalau tidak mampu, maka hendaklah mengubah dengan lisannya. Kalau tidak mampu, hendaklah mengubah dengan hatinya. Adapun yang demikian itu selemah-lemah iman“. Dalam hadits yang lain juga disebutkan : “Mukmin yang kuat itu lebih disukai (Allah) daripada mukmin yang lemah“.
Kuat atau lemahnya iman seseorang dapat diukur dan diketahui dari prilaku akhlaknya Karena iman yang kuat mewujudkan akhlaq yang baik dan mulia, sedang iman yang lemah mewujudkan akhlaq yang jahat dan buruk laku, mudah terkilir pada perbuatan keji yang merugikan dirinya sendiri dan orang lain.Karena akhlak itu sangat penting untuk dijaga.[1]
Kebaikan adalah amal dari jiwa yang bersih,memancarkan budi pekerti yang menyelamatkan dari bahaya kekikiran dan keburukan.Jika seseorang sudah sampai pada tingkat itu ,niscaya godaan syetan dan rayuannya tidak ada singgah didalam lubuk hati.Maka sampai lah seorang mukmin itu mempunyai iman yang kuat.[2]
B. B. Lima Macam Fitrah dari Manusia
قال النّبي صلى الله علي وسلّم : خمسٌ منَ الفطرِ: الاِستِحدادُ والخِتَنُ,وقصُّ الشَّاربِ,ونتْفُ الاِبْطِ وتقليمُ الاَظا فِرِ.رواه الجماعة
Artinya : Bersabda Nabi SAW:” Lilam perkara berupa fitrah,yaitu: memotong bulu kemaluan,berkhitan,memotong kumis,mencabut bulu ketiak dan memotong kuku.[3]
Sunah Fitrah adalah suatu tradisi yang apabila dilakukan akan menjadikan pelakunya sesuai dengan tabiat yang telah Allah tetapkan bagi para hambanya, yang telah dihimpun bagi mereka, Allah menimbulkan rasa cinta (mahabbah) terhadap hal-hal tadi di antara mereka, dan jika hal-hal tersebut dipenuhi akan menjadikan mereka memiliki sifat yang sempurna dan penampilan yang bagus.Hal ini merupakan sunah para Nabi terdahulu dan telah disepakati oleh syariat-syariat terdahulu. Maka seakan-akan hal ini menjadi perkara yang jibiliyyah (manusiawi) yang telah menjadi tabi’at bagi mereka. Allah telah memilihkan buat Nabi-nabi a.s.itu sunnah-sunnah,dan menitahkan kita buat mengikuti mereka dalam hal-hal tersebut,yang dijadikanNya sebagai syiar atau perlambang dan sebagai ciri yang banyak dilakukan,untuk mengenal para pengikut masing-masing dan memisahkan mereka dari golongan lain.
Berdasarkan hasil penelitian pada Al Quran dan As Sunah, diketahui bahwa perkara ini akan mendatangkan maslahat bagi agama dan kehidupan seseorang, di antaranya adalah akan memperindah diri dan membersihkan badan baik secara keseluruhan maupun sebagiannya.
Hukum khitanAda 3 pendapat dalam hal ini:
  1. Wajib bagi laki-laki dan perempuan.
  2. Sunah (dianjurkan) bagi laki-laki dan perempuan.
  3. Wajib bagi laki-laki dan sunah bagi perempuan
Beberapa Fitrah Manusia yang Harus Dilakukan yang harus dilaksanakan sebagai seorang muslim diantaranya :
1. Khitan
2. Istinja'
3. Siwak (Menggosok gigi)
4. Memotong kuku
5. Memotong kumis
6. Membiarkan jenggot/memelihara jenggot
7. Mencukur bulu kemaluan
8. Mencabut bulu ketiak
9. Mencuci kerutan dan lekukan yakni pada tempat dimana kotoran sulit di hilangkan seperti sela-sela jari, lekukan telinga, sela-sela kaki. 
10. Kumur-kumur dan Istinsyaq ( memasukkan air ke dalam hidung).
11.Berharum-harum.[4]

C.    C. Siwak
D. قال النّبي صلى الله علي وسلّم: السِّوَاكُ مُطَهَّرَةٌ لِلْفَمِ، مَرْضَاةٌ لِلرَّبِّ
E.   Artinya:
F.    Bersabda Nabi SAW :“Siwak itu membersihkan mulut diridhai oleh Ar-Rabb.”
G.    
H.           Siwak adalah dahan / akar pohon yang digunakan untuk bersiwak Siwak berbentuk batang, diambil dari akar dan ranting segar tanaman arak (Salvadora persica) yang berdiameter mulai dari 0,1 cm sampai 5 cm. Pohon Arak adalah pohon yang kecil, seperti belukar dengan batang yang bercabang-cabang, diameternya lebih dari 1 kaki, jika kulitnya dikelupas warnanya agak keputihan dan memiliki banyak juntaian serat. Akarnya berwarna coklat dan bagian dalamnya berwarna putih, aromanya seperti seledri dan rasanya agak sedikit pedas.Karena itu semua pohon sebenarnya boleh digunakan untuk bersiwak, dengan syarat-syarat sebagai berikut :
a.    lembut ( untuk akar batang atau akar kayu yang keras tidak bisa digunakan karena dapat merusk gusi dan email gigi.
b.    bisa membersihkan dan berserat serta bersifat basah.
c.    seratnya tersebut tidak berjatuhan ketika digunakan untuk bersiwak sehingga bisa mengotori mulut.
Fungsi Siwak adalah menjaga kebersihan mulut, menjaga kesehatan dan putihnya gigi, menghilangkan bau mulut.Siwak juga berfungsi mengikis dan membersihkan bagian dalam mulut. Kata siwak diambil dari kata arab yudlik yang artinya adalah memijat (yakni memijat bagian dalam mulut). Jadi siwak lebih dari hanya sekedar sikat gigi biasa. Selain itu, batang siwak memiliki serat batang yang elastis dan tidak merusak gigi walau dibawah tekanan yang keras, bahkan batang siwak yang berdiameter kecil, memiliki kemampuan fleksibilitas yang tinggi untuk menekuk ke daerah mulut secara pas untuk mengeluarkan sisa-sisa makanan dari sela-sela gigi dan menghilangkan plaque. Siwak juga aman dan sehat bagi perkembangan gusi.
Perlu diketahui, bahwa sisa-sisa makanan yang ada pada sela-sela gigi, menjadikan lingkungan mulut sangat baik untuk aktivitas pembusukan yang dilakukan oleh berjuta-juta bakteri yang dapat menyebabkan gigi berlubang, gusi berdarah dan munculnya kista. Selain itu, bakteri juga menghasilkan enzim perusak yang memakan kalsium gigi sehingga menyebabkan gigi menjadi keropos dan berlubang. Bahkan, pada beberapa keadaan bakteri juga menghasilkan gas sisa aktivitas pembusukan yang menyebabkan bau mulut menjadi tak sedap.
Penelitian lain dengan menjadikan bubuk siwak sebagai bahan tambahan pada pasta gigi dibandingkan dengan penggunaan pasta gigi tanpa campuran bubuk siwak menunjukkan bahwa prosentase hasil terbaik bagi kebersihan gigi secara sempurna adalah pasta gigi dengan butiran-butiran bubuk siwak, karena butiran-butioran tersebut mampu menjangkau sela-sela gigi secara sempurna dan mengeluarkan sisa-sisa makanan yang masih bersarang pada sela-sela gigi. Sehingga banyak perusahaan-perusahaan di dunia menyertakan bubuk siwak ke dalam produk pasta gigi mereka. WHO pun turut menjadikan siwak termasuk komoditas kesehatan yang perlu dipelihara dan dibudidayakan. Mari kita budayakan hidup sehat dengan bersiwak.
Orang menggunakan siwak dalam bentuk batang atau stick kayu dengan cara:
a.    Batang atau cabang siwak dipotong berukuran pensil dengan panjang 15-20 cm. Stick kayu siwak ini dapat dipersiapkan dari akar, tangkai, ranting, atau batang tanamannya. Stick dengan ukuran diameter 1 cm dapat digigit dengan mudah dan memberikan tekanan yang tidak merusak gusi apabila digunakan.
b.     Kulit dari stick siwak ini dihilangkan atau dibuang hanya pada bagian ujung stick
c.    Siwak yang kering dapat merusak gusi, sebaiknya direndam dalam air segar selama 1 hari sebelum digunakan. Selain itu, air tersebut juga dapat digunakan untukkumur-kumur.
d.    Bagian ujung stick siwak yang sudah dihilangkan kulit luarnya digigit-gigit atau dikunyah-kunyah sampai berjumbai seperti berus.
Cara bersiwak tidak ada ikhtilaf antara ulama, bahwa didalam kitab Syama’il Imam Tirmidzi, dalam hadist Rasul saw, bahwa Rasul saw. bersiwak dengan kayu arak, dan memulainya dari pertengahan, lalu ke arah kanan lalu ke kiri, demikian diulangi sebanyak 3 X.
Bersiwak sangat dianjurkan oleh Nabi SAW,maka hukumya sunnat muakad,apabila pada waktu akan membaca Al-Quran,Al-Hadits,Menuntut ilmu agama,diwaktu mulut berbau busuk akibat makanan atau semacam tidur.Dan sunnah hukumnya mencukil sisa makanan yang tertinggal di sela-sela gigi.[5]
Waktu dianjurkan memakai siwak:
a)    Tatkala berwudhu
b)    Hendak Sholat fardhu dan sunnat
c)    Tatkala hendak masuk rumah dan mesjid
d)    Tatkala bangun tidur
e)    Tatkala membaca Al-Qur’an[6]



























BAB III
Simpulan
                Kesehatan adalah merupakan satu bagian terpenting bagi umat islam,karena dengan menjaga kesehatan sesuai dengan sunnat-sunnat yang di anjurkan oleh Rasulullah seperti fitrah,siwak dan menjaga akhlak atau dianjurkannya kita manjadi mukmin yang kuat,maksud kuat disini ialah kuatnya iman mukmin tersebut,niscaya kita bukan hanya sehat jasmani ,tetapi juga sehat dalam rohani.dan juga menjadi hamba yang diridoi Allah SWT.







                                                                                                             










Daftar Pustaka
v  Al-Ghazali,Muhammad.1986.Akhlak Seorang Muslim.Semarang:Wica Ksana.
v Al-Ghazali,Muhammad.2001.Menjadi Muslim yang Ideal. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.
v  Sa’di,Adil.2008.Fiqihun Nisa.Jakarta:Hikmah.
v  As’ad,Aliy. 1980.Fathul Mu’min. Kudus:Menara.
v  Sabiq,Sayyid.1973.Fikih Sunnah Jilid 1.Bandung:PT.Al-Ma’arif.


[1] Muhammad Al-Ghazali,Akhlak Seorang Muslim(Wica Ksana,Semarang:1986)hlm.17-22
[2] Muhammad Al-Ghazali,Menjadi Muslim Yang Ideal(PT Raja Grafindo Persada,Jakarta:2001)hlm.297-298
[3] Sayyid Sabiq,Fikih Sunnah Jilid 1(PT.Al-Ma’arif,Bandung:1973)hlm.73-75
[4] Sayyid Sabiq,Fikih Sunnah Jilid 1(PT.Al-Ma’arif,Bandung:1973)hlm.82
[5] Drs.Aliy As’ad,Fathul Mu’min(Menara,Kudus:1980)hlm.38-39
[6] Adil Sa’di,Fiqihun Nisa(Hikmah,Jakarta:2008)hlm.20-21

Tidak ada komentar:

Posting Komentar